Ketokonazol
merupakan obat anti jamur berspektrum luas yang merupakan golongan imidazol.
Obat ini efektif pada infeksi jamur Candida,
Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B. Dermatitidis, Aspergillus
dan Sporothix spp.
Saat
ini ketokonazol masih digunakan mengingat harga yang relatif murah.
Ditinjau
dari segi farmakokinetik, penyerapan obat ini cukup baik namun bervasiasi pada
berbagai individu dan akan berkurang pada kondisi saluran cerna yang basa atau
jika diberikan bersama antasida. Distribusi obat ini juga cukup merata dan 84
terikat pada plasma albumin. Ketokonazol mengalami metabolisme lintas pertama
di hati dan dieksresikan bersama cairan empedu ke dalam lumen usus dan hanya
sebagian kecil yang diekresikan melalui urin.
Beberapa
obat yang menginduksi enzim mikrosom hati (rifampizin, isoniazid, fenitoin)
dapat menurunkan kadar ketokonazol sedangkan siklosporin, warfarin, midazolam,
indinavir dapat meningkatkan kadar obat di dalam darah. Sedangkan obat-obat
terfenadin, astemizol, sisaprid kontraindikasi diberikan bersamaan dengan
ketokonazol.
Di Indonesia ketokonazol tersedia dalam tablet
200 mg, krim 2 % dan shampoo 2 %, Dosis anjuran dewasa satu kali 200-400 mg
sehari, sedangkan dosis anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari, lama pengobatan 5 hari-12
bulan.
Efek
samping dalam penggunaan obat ini berupa gangguan gastrointestinal berupa mual,
muntah, selain itu dapat dijumpai pula sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik,
fotofobia, pruritus, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit dan
trombositopenia, kerusakan hati, ginekomastia, gangguan haid, obat ini
kontraindikasi bagi wanita hamil.
Daftar Pustaka
Setiabudy R, Bahry
B. obat jamur, obat jamur, Farmakologi dan Terapi FK UI Ed 5. 2008; 574-5