Amfoterisin
B adalah golongan obat anti fungi (jamur) sistemik yang berasal dari fermentasi
Streptomyces nodusus. Obat ini
tersaji di pasaran sebagai serbuk berwarna kuning, tidak berasa dan tidak
berbau dalam bentuk vial injeksi.Dalam
klasifikasi efektifitasnya, obat ini dapat bersifat fungisidal dan fungistatik
yang sangat tergantung dari dosis yang diberikan dan bergantung juga pada
sensitifitas fungi, dimana obat ini
menyerang sel fungi yang sedang tumbuh maupun sel fungi yang sudah matang. Efek
sinergis terjadi bila diberikan bersamaan dengan rimfapisin dan minosilin. Mekanisme
kerja Amfoterisin B ialah dengan berikatan dengan gugus sterol pada membran sel
fungi yang mengakibatkan proses regenerasi membran sel tidak dapat terbentuk
dengan sempurna yang pada akhirnya menyebabkan lisisnya sel fungi.
Dari
segi farmakokinetik, absorbsi obat ini sangat buruk pada pemberian enteral,
sehingga bentuk sediaan obat disajukan dalam bentuk vial yang diberikan secara
parenteral. Dalam hal distribusi, obat ini dapat berada di seluruh jaringan tubuh dan 95 % terikat lipoprotein.
Metabolisme obat ini berlangsung di hati dan sebagian besar diekskresikan via
ginjal. Efek
samping yang kemungkinan muncul pada penggunaan Amfoterisin B berupa demam dan
menggigil pada 50 % kasus, flebitis, penurunan fungsi ginjal, asidosis tubular
ringan, anemia normositik normokrom. Amfoterisin
B efektif hampir pada semua jenis jamur, dan pada kondisi klinis merupakan
terapi awal untuk infeksi jamur berat, namun setelah infeksi dapat teratasi,
dianjurkan untuk mengganti dengan golongan Imidazole, seperti Ketokonazole
oral. Obat
ini tersedia dalam bentuk vial bubuk
berisi 50 mg yang dilarutkan dengan 10 mL akuabidest dan diencerkan lagi
dengan dekstrosa 5 %, diberikan dengan dosis umum 0,5 mg/kgBB/Hari diberikan
selama minimal 2 bulan.
Bahan Pustaka
Setiabudy
R, Bahry B.Obat jamur. Amfoterisin B. Farmakologi dan Terapi FK UI Edisi 5.
2008 ; 571-3.